Masih seperti dulu kawan
masih seperti dulu kawan
aku masih tak berarti dimatamu
walau kau bilang aku ini hebat
ah itu hanya pujian belaka
tak penting untuk di ingat
masih seperti dulu kawan
aku hanya orang biasa yang sedang belajar
mencari kata dan makna
dalam pencarian yang tak berakhir
hinga ajal menjemput
masih seperti dulu kawan
aku berbisik padamu
aku cinta kamu
telah habis tinta ini
hanya menulis untukmu kawan
masih seperti dulu kawan
kata cinta tak membuat dirimu luluh
kawan …..
Apa yang harus kutulis esok hari
ketika diri ini dalam detik-detik
yang bersejarah.
amboi kawan masih kutunggu jawabanmu
dalam sebait kertas ..
walau lembar itu penuh merah kawan
pertama X hehe
ini puisi menunggu seseorang,, apa orang ini setia,,, apa apa sih…
masih seperti dulu ya>>>.
bohong…bohong banget…..!!!!
semua yang ada dimagat tak ada yang seperti dulu.
semuanya berubah setiap detik
begitupun anda..
yang benar anda masih sama seperti sekarang….heheh 😛
maaf bukan magat..maksude jagad raya..
“aku masih seperti yang dulu
menunggumu sampai akhir hidupku
kesetiaanku tak luntur
hatipun rela berkorban
demi keutuhan kau dan aku”
jadi inget lagunya Dian Piesesa waktu kecil dulu.Syairnya spt diatas…kira2 nyambung nggak ya isinya…..
dueh dueh dueh…..
masih menyarankan ad dawa’ ad da’wa deh..,
*lanjuuutt
NB: puisina buagussss two tumb up pak!
Sama kawan aku juga masih kayak dulu kala. Yaitu masih belum berhasil di bidang apapun. Salam dingin2 hangat panaas. Maaf saya berkunjung tanpa izin.
bila orang sudah merasa cukup dengan keberhasilan maka ia akan menurunkan kualitas keberhasilan itu sendiri. biarkanlah orang yang menilai
sama kawan, aku juga masih seperti yang dulu 🙂
apa kabar?
dulu dan saat ini tak berbeda
aku berharap juga kawan masih seperti dulu, sudah lama tidak mengunjungiku
aku akan mengunjungi , dan ingatkan aku pak. terima kasih telah datang
well… dan masih seperti dulu kawannn… 🙂
sebetulnya sudah berbeda seeh, inikan diposting beberapa bulan lalu dan di publish ulang
Sebegitu cintanyakah kau padanya
Dia yang memujimu namun melupakanmu
Tak cukuplah bisikan kata cinta itu
Tak cukuplah tinta yang kau torehkan pada selembar kertas yang memerah
Teriakkan!
Teriakkanlah cintamu sekali dua kali seribu kali
Berharap suara dapat merasuk langsung ke relung hatinya
Namun bila relung hati itu tak tersentuh oleh teriakan cintamu
Menengoklah…
Karena ada satu relung hati lain
yang akan menerima bisikan cintamu,
membaca selembar kertasmu
dan tak akan melupakanmu… 🙂
Hahaha… sekarang aku menyadari, ternyata this blog is my biggest inspiration in making poem…. Hmmm… thanks ya, Mas…
ah biasa saja, hanya sekedar nulis puisi aja
aku masih seperti yang dulu disini menunggu hingga rembulan kembali bersinar aku masih seperti yang dulu selalu menanti rembulan bersinar kembali
dan akupun kan bersinar ketika engkau menunguku
jadi ingaet lagu jaman dulu ” aku masih seperti yg dulu” nya Dian Pisesha.
salam.
bener bund aku juga baru inget
* duduk maniez nemenin ban9 azam
yakin neeh nda ada yan9 berubah 😀
Teruslah sepertiitu dan janganlah berubah kawan 🙂