Persembahan Bunda Untuk seorang buah hatinya
Menjelang Berumah Tangga sang pujanga bogor
Di bawah ini adalah Sebuah puisi yang di tulis oleh S Ramilus sang penyair Bogor beliau banyak menulis puisi puisinya bahkan karya puisinya sudah di bukukan. S Ramilus Adalah seorang tokoh Bogor yang aktif di berbagai bidang salah satunya beliau adalah salah satu pendiri ICMI di Kabupaten Bogor. Beliau juga aktif di Rahmat yasin Centre. Banyak sekali karya beliau kami sangat menghargai upaya beliau dalam penulisan puisi-puisinya yang membangun. Untuk itu kami publish di blog kawanlama95.wordpress.com. Sebagai upaya membumikan karya puisi beliau di ranah maya ini. Berikut adalah salah satu karya puisi beliau :
Persembahan Bunda Untuk seorang buah hatinya
Menjelang Berumah Tangga
Embun Yang Menetes
Dari padang gersang Kupang NTT
Kepada anakku AbdulRasyid
Hari itu menjelang pajar
Dua puluh sembilan tahun lalu
Saat azhan berkumandang
Jum’at 9 Maret 1979 engkau dilahirkan
Dan aku terjaga dari
Pertarungan antara hidup dan mati
Disaat putra pertamaku ada di sisi
Aku beri nama engkau anakku
Abdul Rasyid, anak cerdas
Si pencerah zaman
Seorang hamba yang tercerahkan
Haripun berganti
Engkau tumbuh perlahan menjadi balita
Yang hiperaktif tak suka makan
Berlari kian kemari
Hingga mama lelah mengejarmu
Engkau terus berlari
Lari mengejar mimpimu sendiri
Saat balita
Mama seringkali mengejarmu
Sebab bagimu lebih baik berlari daripada makan
Dan pabila engkau senang
Dengan suatu mainan anakku
Engkau diam membatu di tempat itu
Hingga bundamu membelikannya
Tak peduli mama ada uang atau tidak saat itu
Itulah sepenggal kenangan yang mama ingat
Dimasa-masa dahulu anakku
Tahunpun berganti
Dari balita beranjak remaja
Dan sifat serta tabaiatmu
Perlahan berubah
Si hiperaktif Takesi yang raut wajahnya mirip sinetron Jepang Oshin
Berubah menjadi Abdul Rasyid
Yang lembut penuh perhatian dan baik hati
Ketika siang berganti siang
Saat malam berseling malam
Dari hari ke minggu
Minggu ke bulan
Bulan ke tahun
Dan tahun berganti tahun
Masa SMP berlalu
Masa SMA berakhir
Masa kuliahpun tiba
Masa ketergantungan
engkau ubah menjadi kemandirian
Kini kau tak suka menuntut
Kau tak suka fasilitas orangtua
Kau kuliah pergi pulang
Naik kereta api rakyat
Kau sering bergelantungan dengan rakyat
Berkeringat bersama rakyat
Engkau rasakan denyut nadi masyarakat
Tidak hanya sederhana dan merakyat
Kepada mamamu engkau sungguh baik dan perhatian
Perut mama jangan terlalu gede!
Mama jangan menor!
Mama jangan ini!
Mama jangan itu!
Apa yang mama suruh kaupun setia mengikuti
Kaupun tanpa segan mau membelikan garam, kecap, cabai atau asam
Kau seperti Ismail bagiku
Taat, setia dan teguh
Suatu saat usai kuliah
Dian-diam kau mencari kerja sendiri
Tak suka minta-minta
Tak suka fasilitas
Bukan sehari dua hari kau tak diterima dan gagal
Bukan sebulan dua bulan kau mencari kerjaan
Bukan pula setahun dua tahun
Tapi sampai tiga tahun kau menjadi pengangguran
Tiba saatnya kau ikut tes bersama seribu orang
Tes demi tes kau jalani
Dari tes tulis, psikotest hingga interview
Dari seribu orang tinggal tujuh belas orang
Dan Tuhanpun mentakdirkan
Selain kecerdasan, kesabaran dan kemampuan
Dari beberapa gelintir orang kaulah yang diterima
Alhamdulilah
Kini kau telah keliling nusantara
Setiap kali kau pergi ke daerah
Ibumu menghantarkan dengan do’a
Agar kau sehat dan selamat senantiasa
Setelah keliling nusantara
Bulan Juni kau ke Jerman untuk studi lagi
Ke sebuah negeri yang telah mencetak Habiebie
Seorang yang berotak Jerman berhati Mekah
Semoga engkau juga demikian adanya
Mama berharap suatu hari si Takesi kecil dari Kupang ini
Berkeliling dunia
Agar dapat bercerita bahwa Tuhan
Telah Menggelar bumi untuk menjadi pelajaran
Bukan untuk berbuat semena-mena dan asal-asalan
Sekaligus untuk menjadi perenungan
Bahwa seorang insan bukanlah apa-apa di mata Tuhan
Hanya seperti seeokor ikan kecil yang berenang
Di tengah samudera maha luas membentang
Dan sebagai seorang hamba
Yang harus selalu ingat pada pagi dan petang
Yang harus selalu sadar
Kapan datang dan bilakah kita kembali pulang
AbdulRasyid putraku
Menjelang berakhir masa lajangmu
Mama berpesan
Jadilah pemimpin bagi dirimu sendiri
Jadilah imam bagi keluarga
Selalulah bermanfaat dimana saja engkau berada
Di sini bumi dipijak
Disitu langit dijunjung
Alam Terkembang menjadi gurumu
Sejak bayi engkau selalu didoakan kakekmu
Lebih baiklah dari mama orangtuamu
Suatu saat nanti pabila mama menutup mata dan tiada lagi
Lahir generasi baru yang siap menjadi pemimpin dunia
Dari titisan anak cucu mama
Selamat menempuh hidup baru anakku
Demikian harapan dan do’a Ayah Bundamu
S. Ramilus
Penyair Bogor
Seperti yang dituturkan oleh Bunda Hj. Fauziah Diani
Kepada Ananda Abdul Rasyid Selamat ulang tahun ke-29 Dan menyongsong bahtera berumah tangga
Pada keheningan malam. Kumulai perjalanan. Sunyi. Pada tetirah Abadi. Padamu. Menuju jalanmu. Mu